Gambar Sampul Antropologi · Bab II Agama dan Kerpercayaan di Indonesia
Antropologi · Bab II Agama dan Kerpercayaan di Indonesia
Supyiyanto

22/08/2021 08:16:30

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

37

Kata Kunci

1.

Agama

2.

Kepercayaan

3.

Budaya

Peta konsep berikut memudahkan kalian dalam mempelajari materi pada bab ini.

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini diharapkan kalian dapat menjelaskan

bentuk agama dan kepercayaan di Indonesia.

Bab II

Agama dan Kepercayaan

di Indonesia

Agama dan

Kepercayaan di

Indonesia

Menjelaskan

Agama

Kepercayaan

terdiri atas

Animisme

Dinamisme

Totamisme

Politisme

Monothisme

Sentratisme

Agama Bumi/Alam

Agama wahyu

terdiri atas

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

38

Gambar 2.1

Melakukan upacara keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan kita

masing-masing menunjukkan ketaatan kita dalam menjalankan kewajiban dan ibadah

Setiap hari kalian pasti menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran

agama dan kepercayaan kalian masing-masing. Kemudian apa yang ada

di benak kalian ketika berbicara tentang agama? Apa sebenarnya yang

dimaksud dengan agama? Dalam antropologi, agama merupakan salah

satu dari tujuh unsur budaya yang harus dipelajari yang di dalamnya

termasuk sistem kepercayaan atau sistem religi. Pernahkah kalian berpikir

bahwa agama merupakan hasil penafsiran manusia atas kitab suci yang

diyakini kebenaranya. Agama dapat dipergunakan manusia untuk

membenarkan tingkah lakunya. Atas nama agama pula manusia

melakukan berbagai aktivitas selama ini sebagai unsur yang berada di

luar diri manusia.

Berbagai upacara keagamaan atau perayaan agama sebagai salah

satu bentuk bahwa kita sebagai manusia yang beragama harus

menjalankan kewajibanya sebagai manusia yang taat beragama. Agama

berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya

makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama

dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga

perasaan takut dan ngeri. Agama memberi lambang-lambang kepada

manusia. Dengan lambang-lambang tersebut mereka dapat

Sumber:

Indonesian Heritage

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

39

mengungkapkan hal-hal yang susah diungkapkan. Ide tentang Tuhan telah

membantu memberi semangat kepada manusia dalam menjalankan tugas-

tugasnya sehari-hari, menerima nasibnya yang tidak baik atau bahkan

berusaha mengatasi kesukaran-kesukaran yang banyak dan berusaha

mengakhirinya. Dalam berperilaku menjalankan agamanya tersebut

sangat beragam karena banyaknya agama yang tersebar di dunia. Secara

singkat, agama di dunia dibedakan menjadi dua yaitu agama bumi/alam

dengan agama wahyu. Sebelum kalian mempelajarinya, terlebih dahulu

kalian mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan agama secara

antropologis.

A. Agama

Menurut kalian apa definisi agama? Coba bandingkan dengan definisi

yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.

Banyak para sarjana antropologi yang mencoba mendefinisikan tentang

agama. Selama ini perkembangan definisi agama dilakukan dengan melihat

manusia sebagai pelaku dan memberi tekanan khusus pada bagaimana

menggunakan agama dalam kehidupan sosial budayanya. Spencer misalnya

menganggap agama sebagai suatu hasil pemikiran manusia dan hasratnya

untuk mengetahui. Ini adalah bagian dan bukan hakikat dari kebenaran itu.

Emile Durkheim dan Frued mengemukakan landasan-landasan agama yang

bersifat naluriah dan emosional. Meskipun perasaan dan emosi merupakan

aspek-aspek tingkah laku keagamaan namun agama itu sendiri tidak dapat

dianggap sebagai sesuatu yang semata-mata didorong kelahirannya oleh

kegembiraan kelompok masyarakat. Manusia dikaruniai akal pikiran yang

membedakan dengan binatang sehingga mampu menciptakan bahasa

simbolik dan pemikiran abstrak. Manusia tidak hanya berbuat dan bereaksi

tetapi juga mengembangkan dan menanggapi perbuatan. Menurut Walt

Whitman manusia mempunyai kebutuhan mencapai keserasian dengan

kecemasannya ada kalanya terikat dengan kesadaran beragamanya yang

mendalam. Manusia tidak menghadapi masa depannya hanya dengan

perasaan khawatir tetapi juga menggunakan kemampuannya untuk

menanggapi kejadian-kejadian secara dini sebagai pendorong timbulnya cita-

cita, hasrat dan harapannya yang kreatif. Misalnya, kepercayaan Masyarakat

Jawa akan keberadaan penunggu Laut Selatan (Nyi Roro Kidul) sehingga

pada saat-saat tertentu mereka melakukan upacara keagamaan di Laut Selatan

sebagai bentuk ungkapan magis terhadap Nyi Roro Kidul.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

40

Agama bisa dianggap sebagai suatu sarana kebudayaan bagi manusia

dan dengan sarana itu manusia mampu menyesuaikan diri dengan

pengalaman-pengalamannya dalam keseluruhan lingkungan hidupnya

termasuk dirinya sendiri, anggota kelompoknya, alam, dan lingkungan

lain yang dirasakan sebagai sesuatu yang transedental (tidak terjangkau

oleh penalaran manusia). Pikiran, perasaan dan perbuatan manusia

terhadap hal-hal yang menurut perasaannya berada di luar jangkauan

pengalaman-pengalamannya sehari-hari dengan dunia nyata

menyebabkan manusia percaya pada agama.

Menurut Teori Evolusi (misalnya, James Frazer dan Andrew Lang)

maka manusia akan diperkenalkan perkembangan bentuk-bentuk

keagamaan dari bentuk yang masih sederhana hingga bentuk yang

modern. Melalui urutan klasik muncullah pra-animisme, yang meliputi

magisme

dan

fetisyisme

,

animisme

kemudian

religi

atau agama. Dalam

pra animisme manusia menggunakan kekuatan gaib (

supra empiris

) yang

dipercayai berada di dalam benda-benda yang tak bernyawa seperti batu

yang aneh, besi (keris), dan sebagainya. Dalam animisme manusia

berhubungan dengan makhluk yang bernyawa, khususnya makhluk halus

atau roh-roh (baik dan jahat) yang dipercayai memiliki kekuatan lebih

tinggi daripada manusia secara kategorikal. Misalnya, para arwah nenek

moyang, roh-roh yang dipercayai menguasai sumber air, sungai, lautan,

gunung, pohon besar, dan sebagainya. Dalam

religi manusia mengadakan hubungan dengan

"Roh yang Tertinggi" dipercaya memiliki

kekuasaan yang tak terbatas oleh agama-

agama besar disebut Tuhan sebagai pencipta

dan penguasa alam semesta.

Terlepas dari penggambaran teori evolusi

yang mengajarkan munculnya agama

menurut tahap-tahap yang khas itu (

pra-

animisme, animisme, religi

) bila hanya

menggunakan pengamatan sehari-hari atas

perilaku manusia yang berkaitan dengan

kekuatan supra empiris ternyata manusia tidak

terikat oleh hukum pentahapan evolusi itu.

Manusia yang telah mengenal Roh Tertinggi

atau Tuhan dan mengadakan komunikasi

dengan-Nya, masih ada yang menghormati

Sumber:

Indonesian Heritage

Gambar 2.2

Penggunaan

santet sebagai salah satu

cara untuk melukai manusia

lainnya membuktikan bahwa

kepercayaan manusia

terhadap hal-hal yang gaib

masih kuat.

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

41

makhluk-makhluk halus bahkan ada juga yang masih menggunakan

magis.

Hal tersebut sesuai definisi agama menurut Thomas F.O Dhea, yaitu

pendayagunaan sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud non-

empiris atau supraempiris. Bahwa manusia tidak hanya menggunakan

kekuatan supra empiris yang tertinggi (disebut Tuhan) untuk kepentingan

supra empiris yang secara mutlak mengatasi kemampuan manusia untuk

mencapainya tetapi juga untuk kepentingan sehari-hari yang jasmaniah

dan empiris yang harus dipenuhi sekarang. Banyak orang berdoa kepada

Tuhan untuk keperluan sehari-hari yang dirasa tidak akan tercapai hanya

dengan kekuatan manusia sendiri. Misalnya, ketika mendapat musibah,

manusia meminta pertolongan kepada Tuhannya melalui doa atau

sembahyang.

J. Milton Yinger melihat agama sebagai sistem kepercayaan dan

praktek suatu masyarakat atau kelompok manusia yang berjaga-jaga

menghadapi masalah terakhir dari hidup ini. Knight Dunlop juga melihat

agama sebagai sarana terakhir yang sanggup menolong manusia bilamana

instansi lainnya gagal tak berdaya. Maka Dunlop merumuskan agama

sebagai suatu institusi atau bentuk kebudayaan yang menjalankan fungsi

pengabdian kepada umat manusia yang tidak tersedia suatu institusi lain

atau yang penanganannya tidak cukup dipersiapkan oleh lembaga lain.

Menurut EB Taylor,

agama haruslah didefinisikan

dari asal usul agama karena

apabila agama hanya digam-

barkan sebagai kepercayaan

terhadap Tuhan saja maka

orang-orang yang dianggap

religius tetapi lebih memper-

cayai dewa-dewa dan lainnya

harus tersingkir (tidak diakui

agamanya). Oleh karena itu,

agama diartikan sebagai

kepercayaan terhadap

makhluk spiritual. Hal ini

karena unsur karakteristik

yang dimiliki secara agama,

besar atau kecil, kuno atau

Sumber:

Indonesian Heritage

Gambar 2.3

Kepercayaan masyarakat terhadap

kuburan keramat karena aura kekuatan orang mati

tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap

kehidupan dunia. Ini merupakan bagian dari sebuah

kepercayaan atau religi yang masih terjadi.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

42

modern, adalah kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak, dan

merasa seperti pribadi manusia.

Hal menarik tentang agama diungkapkan oleh Max Weber bahwa

agama merupakan tahap perkembangan rasionalitas dari pemikiran

manusia. Beberapa istilah dipakai oleh Weber untuk mengungkapkan konsep

keagamaan seperti

system of belief, world view,

dan

ideology

. Sistem

kepercayaan atau

world view

dalam kehidupan sosial dapat dibedakan

menjadi 3 kategori yaitu

magic, religion, dan science

. Meskipun demikian,

ketiganya bukan merupakan tahap perkembangan linier, tetapi bisa juga

mengalami tumpang tindih dalam suatu waktu tertentu. Harus diakui bahwa

tahap awal perkembangan rasionalitas manusia diawali dan didominasi oleh

magis, sedang perwujudan nyata magis meliputi simbol-simbol, cara

pemujaan, dan orangnya sendiri (

magician

). Sementara dampak kekuatan

magis dalam kehidupan sosial adalah meningkatkan stabilitas hubungan-

hubungan sosial melalui pemberkatan otoritas suci dan kekuatan-kekuatan

magis di sekitar manusia yang dimanipulasi oleh tujuan duniawi.

Agama sangat berbeda dengan magis, karena agama mengarahkan

kehidupan pemeluknya agar sesuai dengan tujuan-tujuan keselamatan.

Reorientasi batin seseorang akan mengubah perilaku luarnya dan dapat

membentuk kembali hubungan-hubungan sosial yang kemudian

berpengaruh pada perubahan sosial dan ekonomi. Seluruh legitimasi

kekuatan agama diturunkan dari sumber-sumber yang sakral dan

transendental yaitu Tuhan dan Dewa.

Munculnya sistem kepercayaan baru yaitu ilmu pengetahuan (

science

)

yang menawarkan teknik rasional seperti kalkulasi sarana tujuan (

means-

ends calculation

) telah menurunkan peran magis dan agama dalam hal

memahami realitas dunia. Ini merupakan gejala memudarnya daya-daya

magis dunia karena dengan penerapan metode ilmu untuk menguak

fenomena yang sebelumnya dianggap misteri menjadi dapat dijelaskan

secara rasional. Misalnya, dalam menjelaskan fenomena meletusnya

gunung berapi. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada ahli vulkanologi

dan juru kunci gunung berapi yang berkaitan dengan kapan akan meletus

dan bagaimana dampaknya. Dua kajian ilmu magis dan teknologi

menghantarkan manusia pada bentuk sebuah rasionalitas misalnya dengan

tetap mempercayai ilmu pengetahuan dan teknologi atau tetap pada

kepercayaan magis gunung berapi. Sebagai batasan perbedaannya, di

bawah ini disajikan tabel tentang perbedaan dalam sistem kepercayaan

menurut Max Weber dan dampak sosialnya.

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

43

Menurut

Koentjaraningrat

, ada lima komponen agama yang harus

dipenuhi supaya sebuah hal dapat dikatakan menjadi sebuah agama/

kepercayaan, yaitu:

Rasional

Misalnya, untuk

keselamatan

dunia, kesehatan

ataupun

kekayaan

Tidak rasional

Misalnya masuk

surga,

reinkarnasi, dan

lain-lain

Otoritas dukun

(magician),

pengokohan

hubungan-

hubungan sosial,

struktur sosial

komunitas magis

Otoritas pemimpin

agama,

pengokohan

kekuasaan politis,

struktur sosial

keagamaan,

perubahan

kebudayaan

Tidak rasional

Misalnya, sesaji,

bakar kemenyan,

dan lain-lain

Rasional

Misalnya puasa,

zakat, misa, dan

lain-lain

Magis

Agama

Sistem

Cara

Tujuan

Dampak Sosial

Kepercayaan

Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Kepercayaan

1.

Emosi Keagamaan

Dapat menyebabkan manusia mempunyai sikap serba religi yang

mencakup proses psikologis manusia. Soderblom menyebutkan bahwa

emosi keagamaan adalah sikap takut bercampur percaya kepada hal yang

gaib serta keramat namun berada di luar jangkauan pikiran manusia.

2.

Sistem Keyakinan

Berupa pikiran dan gagasan manusia menyangkut keyakinan dan

konsepsi manusia akan sifat-sifat T

uhan, wujud dari alam gaib, terjadinya

alam dan dunia, zaman akhirat, wujud dan ciri-ciri kekuatan sakti, roh

Rasional

Misalnya

pemecahan

problem duniawi

Otoritas ilmuwan,

pengokohan politis,

struktur sosial

komunitas

keilmuan,

perubahan

kebudayaan,

rasionalitas

fenomena

Rasional

Misalnya metode

ilmu bisa

dibuktikan

Ilmu

Pengetahuan

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

44

nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat, hantu, dan makhluk halus

lainnya. Keyakinan juga menyangkut sistem nilai dan sistem norma

keagamaan, ajaran kesusilaan dan ajaran doktrin religi lainnya yang

mengatur tingkah laku manusia.

3.

Sistem Ritus dan Upacara

Wujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan

kebaktianny

a terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh halus, nenek moyang dalam

usahanya untuk berkomunikasi dengan hal yang dianggap Tuhan. Aktivitas

ini dilakukan secara berulang-ulang (setiap hari atau seminggu sekali) dan

melalui mekanisme tertentu (duduk, sila, bersujud dan lain sebagainya).

4.

Peralatan Ritus dan Upacara

Dalam ritus upacara biasanya digunakan berbagai macam peralatan

dan sarana seperti tempat atau gedung pemujaan, patung dewa atau

patung yang dianggap suci, alat bunyi-bunyian dan para pelaku upacara

seringkali harus memakai pakaian tertentu.

5.

Umat Agama

Yakni kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan

melaksanakan sistem ritus serta upacara tersebut.

Sedangkan menurut Clifford Geertz, agama adalah sebuah sistem

simbol yang berperan membangun suasana hati dan motivasi yang kuat,

pervasif, dan tahan lama di dalam diri manusia dengan cara merumuskan

konsepsi tatanan kehidupan yang umum dan membungkus konsepsi-

konsepsi itu dengan suatu aura faktualitas sehingga suasana hati dan

motivasi tampak realistik secara unik. Sistem simbol yang dimaksud oleh

Geertz adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan suatu

ide kepada orang. Misalny

a, suatu gulungan Taurat membawa ide pada

orang Yahudi sebagai wahyu Tuhan, atau misalnya ketika kalian melihat

seorang pemimpin agama yang mendatangi rumah sakit membawa

sebuah peringatan akan kekuatan Tuhan.

Hal ini dapat membawa manusia pada sebuah kedamaian dan

ketenangan, mengapa kemudian agama dianggap dapat membangun

suasana hati dan motivasi. Agama membuat orang merasakan sesuatu dan

juga ingin melakukan sesuatu. Motivasi memiliki tujuan, dan dibimbing

oleh serangkaian nilai yang abadi memiliki arti bagi tentang apa yang

mereka anggap baik dan benar. Seorang Biksu Budha merasakan suatu

motivasi negatif yang kuat ketika diberi sajian makanan dari daging. Hal

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

45

ini karena keterikatan pada perjuangan makanan akan membebaninya

dalam perjuangan untuk melahirkan kembali yang lebih baik dan

mencapai pelepasan akhir dari kehidupan di dunia natural. Inilah yang

disebut bahwa agama dapat membentuk suatu tatanan kehidupan umum.

Hal-hal yang dianggap benar oleh agama secara riil dapat berarti bagi

orang-orang yang mempercayai sehingga agama memberikan aura

faktualitas yang diyakini memberikan motivasi dan suasana hati yang juga

riil.

Dari berbagai pemahaman tentang agama tersebut maka menurut

Hendropuspito, dapat dirangkum unsur-unsur konsep agama yaitu:

1.

Agama disebut jenis sistem sosial. Ini hendak menjelaskan bahwa

agama adalah suatu fenomena sosial suatu peristiwa kemasyarakatan

suatu sistem sosial dapat dianalisis karena terdiri atas suatu kompleks

kaidah dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan

kepada tujuan tertentu.

2.

Agama berporos pada suatu kekuatan-kekuatan non empiris. Agama

berurusan dengan kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada

kekuatan manusia dan yang dipercayai sebagai arwah, roh-roh, dan

Roh Tertinggi.

Dari berbagai pengertian di atas, kalian tentu sudah mendapatkan

sebuah konsep agama yang dipandang dari sudut antropologis. Sebagai

sebuah perenungan bandingkan konsep agama yang diajarkan pada

agama yang kalian percayai, adakah persamaan atau bahkan

perbedaannya? Coba kalian cari tahu.

Tentu kalian telah memahami

apa yang dimaksud dengan agama

(religi) itu. Secara sederhana agama

yang berkembang sampai saat ini

dapat dibedakan menjadi dua yaitu

Agama bumi/alam dan Agama

Wahyu, atau menggunakan istilah

Max Weber yaitu agama yang

tradisional dan agama yang

dirasionalkan. Untuk lebih jelasnya,

dibawah ini akan dijelaskan tentang

dua agama tersebut.

Agama adalah suatu jenis sistem

sosial yang dibuat oleh penganut-

penganut yang berporos pada

kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan didaya-

gunakannya untuk mencapai

keselamatan bagi diri mereka dan

masyarakat luas umumnya.

Wahana Antropologi

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

46

Coba perhatikan gambar di samping.

1.

Jelaskan perbedaan kebudayaan dan

agama dalam masyarakat primitif.

2.

Menurut kalian apakah masyarakat

primitif dan tradisional sudah

mengenal agama?

Coba kalian lakukan wawancara dengan

beberapa tokoh masyarakat dan tokoh

agama mengenai kebudayaan dan agama yang pernah ada di daerah

kalian sejak dulu.

1.

Agama Bumi/Alam

Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar agama bumi/alam?

T

entu kalian telah mendengar istilah ini bukan? Agama bumi/alam (agama

tradisional) menurut Weber lebih merupakan karakteristik orang-orang

primitif yang kehidupannya berada dalam

animisme

atau

politeisme

.

Mereka melihat ketuhanan dalam setiap pohon atau batu, dan mengadakan

ritual baru pada hampir setiap perubahan kehidupan mereka. Hal ini tidak

terlepas dari pemikiran seorang ahli sejarah agama dari Jerman bernama

N. Soderblom (1916) menyebutkan bahwa keyakinan paling awal yang

menyebabkan terjadinya religi dalam masyarakat manusia adalah

keyakinan akan adanya kekuatan sakti, hal-hal luar biasa dan gaib. Inilah

yang mendorong perkembangan agama di masyarakat primitive tercipta

seperti animisme, dinamisme, monoteisme, politeisme, dan sebagainya

(akan dijelaskan di bab berikutnya).

Pertama-tama, orang berpikir tentang roh-roh individu yang kecil dan

khusus terkait dengan pohon, sungai, atau binatang yang mereka lihat.

Kemudian kekuatan-kekuatan mereka mulai meluas. Secara perlahan-

lahan dalam pemikiran suku, roh suatu pohon tumbuh kuat sehingga

menjadi roh dari hutan atau seluruh pohon. Misalnya, di antara dewa

Yunani paling awal, Poseidon pertama kali disebut roh 'laut tuhan'

selanjutnya ia mendapatkan tubuhnya memegang trisula dan berjenggot

mampu meninggalkan laut dan berjalan cepat ke Gunung Olimpus saat

Zeus mengumpulkan para dewa untuk bersidang. Pandangan ini sangat

luas ditemui pada awal peradaban manusia.

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan serta orientasi kecakapan

pada diri kalian!”

Sumber:

www.phototempo.com

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

47

a.

Simbolisme Langit (Dewa Langit)

Salah satu unsur yang paling umum dari kebudayaan purba adalah

kepercayaan pada dewa-dewa langit yang karakternya ditandai dengan

sifat langit yang luas di atas bumi. Langit membawa arti tentang

transedensi sebuah bentangan yang di angkat tinggi di atas bumi, sesuatu

yang tak terbatas, berkuasa dan abadi penuh otoritas dan realitas. Seperti

Dewa Olorum di kalangan suku-suku Yoruba di Afrika dianggap dewa

langit pemilik langit atau Dewa Ahura Mazda dari Iran dianggap dewa

langit pemberi suatu hukum dan penegak aturan moral di dunia.

b.

Matahari dan Bulan

Eliade menunjukkan bahwa pemujaan matahari dianggap sebagai

pusat mitologi sebenarnya sangat jarang. Yang jauh lebih terkenal dan

luas adalah mitos dan simbol yang berhubungan dengan bulan yang terus

berubah. Bulan bergerak melalui perputaran mendatangkan pasang dan

surut air samudera, datang dan perginya hujan yang mengakibatkan

tumbuhnya tanaman dan kesuburan tanah.

c.

Air dan Batu

Di samping simbol-simbol besar, dunia purba kaya dengan gambaran

dan tanda-tanda yang lebih kecil, yang sering berkaitan dengan hal-hal yang

dominan. Misalnya air mengekspresikan ketiadaan bentuk, sifat makhluk

yang tak berbentuk sebelum disuruh ke dunia oleh para dewa. Di dalam

ritual penyucian, air adalah agen yang membersihkan dan menghapus

semuanya, membawa kita kembali pada keadaan yang tak terbentuk.

Sedangkan batu mengesankan hal yang berbeda dengan air. Batu

adalah benda keras, kasar dan tak berubah. Bagi seorang primitif, batu

menunjukkan sesuatu yang mengindikasikan kesulitan, kehadiran sesuatu

yang mempesonakan menakutkan, memikat dan mengancam. Sebuah

batu biasanya hampir tidak akan menarik perhatian kita, tetapi sebuah

batu yang sakral akan menimbulkan kekaguman dan ketakutan.

Dari pemikiran di atas tentang agama bumi/alam maka dapat

disimpulkan bahwa agama bumi/alam adalah agama yang munculnya

melalui kekaguman manusia akan hal-hal yang bersifat gaib dan berada

di luar nalar manusia. Tuhan dipersonifikasi dalam bentuk-bentuk

kebendaan yang memiliki kekuatan di luar kekuatan manusia.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

48

2.

Agama Wahyu

Agama wahyu atau meminjam istilah Max Weber 'agama yang

dirasionalisasikan' adalah yang disebut agama-agama besar dunia, seperti

Y

udaisme, Konfusianisme, Hinduisme, dan sebagainya. Bukannya memiliki

banyak roh, agama-agama ini cenderung melihat Tuhan dalam bentuk satu

atau sekedar prinsip spiritual yang besar. Agama-agama ini umumnya

bersifat abstrak dan logis. Tidak seperti penganut agama alam, para pengikut

agama wahyu sangat sadar dengan apa yang mereka lakukan dan mereka

telah memilih suatu sistem kepercayaan yang sangat teratur. Menurut Weber,

sebagian besar agama-agama dunia yang dirasionalisasikan muncul pada

saat pergolakan sosial yang besar. Misalnya, Agama Kristen, muncul di

tengah-tengah kekacauan sosial yang besar di alam Mediterania Kuno yang

disebabkan oleh kemunculan dan menyebarnya peradaban Yunani Romawi.

Di Indonesia sendiri, agama wahyu adalah sebutan untuk agama yang

ada setelah terbentuknya negara. Artinya agama tersebut diakui

keberadaannya oleh negara, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan

Budha. Tetapi baru-baru ini telah diterimanya agama Kong Hu Cu sebagai

salah satu agama yang diakui oleh negara. Konsep Tuhan tidaklah

termanifestasi dalam benda-benda material atau kekuatan yang memiliki

daya gaib dan supranatural seperti dalam agama bumi. Proses penciptaan

bumi diyakini karena campur tangan kekuatan yang berada di luar akal

manusia dan disanalah adanya keberadaan Tuhan. Munculnnya konsep

manusia pertama (Adam dan Hawa) dalam berbagai versi agama

menguatkan manusia untuk menyembah sesuatu yang menciptakannya.

Konsep agama tidak lagi muncul karena kepercayaan terhadap benda

namun lebih mengacu pada proses pewahyuan agama dari Tuhan kepada

seseorang yang dianggap suci.

Manusia sudah mulai menyadari adanya proses pewahyuan dan

keyakinan akan adanya Sang Pencipta yang tidak bisa dipersonifikasi

dengan alam atau benda material. Hal ini membuat manusia yakin bahwa

agama sesuatu hal gaib yang menguasai manusia. Pada saat itu manusia

mulai mencari suatu pemikiran yang lebih rasional untuk mencari hakikat

tentang Ketuhanan.

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

49

Coba kalian datangi sebuah desa terdekat yang ada di daerah kalian,

kemudian lakukan prosedur di bawah ini.

1.

Carilah data jenis agama yang ada di desa tersebut!

2.

Klasifikasikan dalam bentuk agama religi/wahyu!

3.

Dari data yang kalian dapatkan, analisislah bagaimana

masyarakat desa tersebut mampu mendapatkan Tuhannya?

4.

Bagaimana masyarakat tersebut mampu menciptakan

kerukunan antaragama!

B.

Kepercayaan

Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa

makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat

tinggalnya. Makhluk-makhluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal

manusia tersebut yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap

oleh panca indera manusia. Dalam agama primitif Andrew Lang (1898)

berpendapat bahwa dalam jiwa manusia ada suatu kemampuan gaib yang

dapat bekerja lebih kuat dengan makin melemahnya aktivitas pikiran

manusia yang rasional. Karena itulah, katanya gejala-gejala gaib itu bisa

bekerja lebih kuat pada orang-orang bersahaja yang kurang aktif hidup

dengan pikirannya dibandingkan dengan orang eropa yang lebih banyak

tergantung hidupnya kepada aktivitas pikiran rasionalnya.

Selain itu A. Lang menemukan adanya tokoh-tokoh dewa yang oleh

suku-suku bangsa yang bersangkutan dianggap dewa tertinggi, pencipta

seluruh alam semesta beserta isinya. Kenyakinan terhadap tokoh dewa

seperti ini terdapat di suku-suku bangsa yang masih rendah sekali tingkat

kebudayaannya dan yang hidup berburu, meramu, contoh: penduduk

pegunungan tengah di Irian Jaya dan Papua Nugini. Berdasarkan hal ini

Lang berkesimpulan bahwa keyakinan kepada dewa tertinggi dalam religi

suku-suku bangsa tersebut sudah sangat tua, dan mungkin merupakan

bentuk religi manusia yang tertua (Koentjaraningrat;1987).

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

50

Sihir

Kalau penyakit menimpa tanaman kacang, hal itu adalah sihir. Kalau

orang sia-sia mencari binatang buruan di semak-semak, itu adalah

sihir. Memang, kalau suatu kejadian malapetaka menimpa seseorang

pada suatu waktu dan dalam hubungan dengan salah satu

kegiatannya yang bermacam-macam dalam hidupnya, maka

sebabnya mungkin karena sihir.

1.

Animisme

E.B. Tylor dalam bukunya “The Primitive Culture”, kata

Animisme

berasal dari kata

anima

yang artinya jiwa atau nyawa. Masyarakat

penganut kepercayaan animisme percaya segala sesuatu memiliki jiwa atau

“soul”, termasuk binatang, tumbuhan, karang, gunung, sungai, bintang

dan lain sebagainya. Setiap segala sesuatu yang dianggap mempunyai

jiwa ini dipercayai memiliki kekuatan, spiritual yang dapat melindungi

atau bahkan mencelakakan mereka termasuk juga roh-roh nenek moyang.

P

ada kepercayaan atau agama primitif ini cenderung memuja atau

takut dan percaya kepada sesuatu yang menguasai wilayah yang

ditempati. Pandangan suku-suku primitif tentang jiwa muncul dari

anggapannya tentang mimpi. Di dalam mimpi orang-orang primitif

melihat dirinya sendiri berjalan keluar dari dirinya. Seperti itulah orang

mati, jiwanya pada hakekatnya tidak hancur bersama jasadnya namun

berpindah atau menempati tempat tertentu yang dianggap angker atau

mengerikan. Dapat juga berada pada seseorang (reinkarnasi), pohon besar,

batu, dan gunung tergantung apa yang dimaui. Roh orang yang meninggal

tidaklah begitu saja putus hubungannya dengan sanak keluarganya,

melainkan secara terus-menerus menginginkan berdampingan dengan

manusia. Bahkan manusia dihinggapi sehingga orang tersebut mengikuti

kehendak roh tersebut, contoh: kesurupan (Ghazali,2000).

Wahana Antropologi

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

51

Gambar 2.4

Kepercayaan pada Ratu Kidul sebagai penguasa pantai selatan membuat

masyarakat pesisir pantai ini berusaha membuat ratu tidak marah melalui upacara

labuhan.

Di dalam melakukan hubungan spiritual masyarakat melakukan

upacara sakral dalam bentuk selamatan dengan mengadakan sesaji yang

semata-mata ditujukan kepada roh-roh halus yang mendiami tempat

tertentu. Adanya sesaji berarti roh haluspun dipengaruhi oleh manusia yang

pada akhirnya dapat berpihak kepada kepentingan manusia dalam bekerja;

bertani, bercocok tanam, beternak, nelayan. Misalnya, di masyarakat pesisir

pantai dilakukan upacara

ngeruat

yang tujuannya supaya tidak terjadi

bahaya air laut naik sehingga menyebabkan banjir. Di pantai selatan atau

gunung merapi diadakan upacara labuhan untuk keselamatan masyarakat

dan terutama menjaga kemurkaan Nyi Roro Kidul dan penunggu gunung

merapi.

1.

Dari gambar di samping apakah

simbol-simbol kebudayaan tersebut

mampu menjadi kepercayaan di

masyarakat?

2.

Berilah analisis kalian bagaimana

simbol budaya mampu menjadi

kepercayaan!

Sumber:

Indonesian Heritage

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan kalian!”

Sumber:

Kompas

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

52

2.

Dinamisme

Pengertian dinamisme dalam pemahaman yang telah dikembangkan

dalam masyarakat mempunyai pengertian suatu paham atau aliran

keagamaan yang mempercayai adanya daya-daya sakral yang ada pada

suatu benda yang dapat membawa kebahagiaan manusia atau

mendatangkan mara bahaya terhadap manusia dan lingkungannya, baik

secara individu maupun masyarakat.

Hal ini mengakibatkan manusia merasa sebagai makhluk hidup kecil

yang sangat bergantung kepada benda-benda tertentu yang dianggap

bertuah. Dinamisme dalam praktik dapat ditemui melalui jampi-jampi jika

dibutuhkan kekuatan gaib. Contoh: pada kalangan masyarakat Jawa

terdapat kepercayaan terhadap benda-benda tertentu seperti keris atau pada

masyarakat yang lain yang mempercayai senjata-senjata tajam yang kuno.

Begitu pula pada masyarakat Sulawesi Selatan yang mempercayai cincin

y

ang dapat membuat pemiliknya kebal. Di Kraton Yogyakarta benda-

benda tersebut dinamakan “kyai”, seperti keris, kereta, gong, dan alat-

alat kerawitan. Perlakuan terhadap benda-benda itu dilakukan waktu-

waktu tertentu atau secara berkala dengan jalan dibersihkan dan

dimandikan seperti keris-keris pusaka pada waktu jum’at kliwon. Pada

hari itu senjata-senjata tersebut dimandikan/disucikan dengan air kembang

dan jeruk.

3.

Totemisme

Pada aliran kepercayaan ini mempunyai sifat yang sama dengan

animisme namun mempunyai perbedaan adanya kepercayaan terhadap

roh halus yang terdapat pada binatang. Dalam hal ini binatang dielu-elukan

sebagai wujud makhluk halus yang memiliki daya sakti seperti kerbau,

sapi, kambing, ular

, dan sebagainya. Keyakinan seperti ini mudah

ditemukan, misalnya: seorang sopir takut menabrak kucing sebab akan

membawa bahaya bagi pengendara dan penumpangnya.

Di kalangan masyarakat Bali mensucikan lembu/sapi seimbang

dengan pemujaan terhadap dewa Brahma. Di masyarakat solo pada waktu

kirab menyertakan lembu “bule” yang dianggap sakral bagi masyarakat

solo, bahkan kotorannya pun sering diperebutkan untuk ditanam di

wilayah pertanian agar subur. Penyembahan binatang bukan sekedar

budaya tetapi sudah masuk ke dalam dunia teologi atau mitologi.

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

53

4. Politheisme

Di dalam masyarakat primitif juga berkembang kepercayaan yang lain,

salah satunya kepercayaan mengenai adanya kekuatan dewa-dewa yang

merupakan kekuatan sakral yang cenderung dipersonifikasikan atas adanya

daya alam yang bersifat magis. Hal ini mempunyai pengertian bahwa pada

masyarakat primitif percaya bahwa keberadaan alam ini merupakan suatu

proses kejadian dari adanya daya sakral yang menjadikan.

Berasal dari keberadaan alam ini masyarakat primitif beranggapan

bahkan mempercay

ai bahwa alam ini ada dewa yang mengatur. Hal inilah

yang dikenal dengan polytheisme. Dalam kepercayaan ini melaksanakan

ritualnya dengan jalan melakukan sajen sesuai dengan kebutuhan

masyarakat tersebut, contoh pada masyarakat bertani diadakan upacara

metik pari

sebagai ucapan syukur masyarakat Jawa terhadap dewi sri (dewi

kesuburan) yang dilakukan menjelang panen. Begitu juga pada waktu

awal musim tanam melakukan upacara cocok tanam dengan membawa

segala macam bentuk makanan yang dipersembahkan kepada dewa

dengan tujuan agar tanamannya akan bertambah subur dan dapat di panen

dengan selamat.

5.

Monotheisme

Monotheisme adalah kepercayaan yang hanya menyembah atau

percaya kepada satu dewa saja. Biasanya ini terkait dengan totemisme

karena dewa yang disembah umumnya dipersonifikasi melalui berbagai

bentuk totem baik itu binatang maupun tumbuhan. Saat ini masyarakat

modern juga terkadang masih mengenal adanya dewa-dewa yang diyakini

bertahta di kahyangan dan mengendalikan kehidupan di bumi. Dewi

Quan-im adalah salah satu contoh personifikasi keyakinan agama Budha

yang percaya bahwa dia mengatur kendali hidup manusia di dunia.

Keyakinan akan monotheisme yang mengakui adanya satu dewa yang

tunggal bany

ak ditemukan dalam mitologi Yunani.

1.

Bagaimana agama bisa menumbuhkan budaya di masyarakat?

Jelaskan!

2.

Mengapa di dalam agama di masyarakat selalu dihubungkan

dengan ritual? Jelaskan!

Analogi Budaya:

“Mari kembangkan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

54

Rangkuman

3.

bagaimana manusia menemukan suatu kepercayaan di

masyarakat!

4.

Ceritakan pengaruh agama dan kepercayaan terhadap budaya

di Indonesia!

6.

Sinkretisme

Sinkretisme diartikan sebagai sebuah peleburan atau pencampuran

antara agama asli manusia dengan unsur-unsur kebudayaan setempat.

Dalam hal ini biasanya unsur kebudayaan yang lebih kuat menyatu dengan

unsur agama sebagai unsur baru yang masuk dalam suatu komunitas.

Dalam agama Islam unsur-unsur pengaruh budaya Jawa sangat kental

terasa karena kebudayaan tersebut melekat erat dalam benak masyarakat

kita. Hadirnya agama-agama Islam Kejawen adalah contohnya. Orang

y

ang memeluk agama Islam Kejawen mengakui adanya “Gusti Allah”

namun mereka melakukan ritual dengan memberikan sesajen dan doa-

doa yang lain dengan hukum dan aturan yang ditetapkan dalam Islam.

Selain itu acara-acara seperti pengajian dan yasinan ketika orang

meninggal dan mengadakan makan-makan merupakan pencampuran

kebudayaan Jawa dengan agama Islam pada konsep orang meninggal.

Agama sama tuanya dengan kehidupan umat manusia, begitu

ungkap antropolog E.B.Tylor. Namun agama sendiri memiliki

perkembangan yang tiada habisnya dari zaman ke zaman. Analisis

Antropologi awalnya lebih ditekankan untuk melihat bagaimana

perkembangan agama masyarakat primitif yang ada di dunia.

Keberadaan agama mulai muncul ketika manusia

membutuhkan sesuatu yang berfungsi untuk menenangkan jiwa

mereka dan hal ini ada di dalam sesuatu yang dianggap supra natu-

ral. Munculnya agama juga didorong oleh takjub dan kagumnya

manusia akan keadaan alam serta kekuatan alam yang melebihi

kekuatan manusia. Untuk itulah kekaguman manusia tadi berakhir

pada penyembahan sesuatu yang dianggap digdaya dan suci.Bentuk

keagamaan manusia diawali dengan kepercayaan animisme dan

dinamisme yakni percaya kepada sesuatu yang dianggap memiliki

kekuatan. Lalu bergeser ke arah totemisme yang sudah mengerucut

ke arah hewan atau binatang saja. Perkembangan selanjutnya mulai

mengarahkan manusia untuk menyembah dewa (sesuatu yang

mengendalikan dunia) baik itu polytheisme maupun monotheisme.

Agama dan Kepercayaan di Indonesia

55

1.

Bagaimana manusia dalam menjalankan agamanya di masyarakat

. . . .

a.

menggunakan ritual

b.

menciptakan karya seni

c.

melakukan ajarannya

d.

percaya terhadap Tuhan-Nya

e.

menjadikan budaya

2.

yang termasuk jenis agama adalah . . . .

a.

religi

d.

dinamisme

b.

kepercayaan

e.

animisme

c.

agama wahyu

3.

Agama yang berkembang di Indonesia adalah,

kecuali

. . . .

a.

Islam

d.

Buddha

b.

Kristen

e.

Konghucu

c.

Hindu

4.

Agama adalah pendayagunaan sarana supra empiris untuk maksud

non empiris pengertian dari . . . .

a.

J. Milton

d.

Thomas F. Odhea

b.

Lang

e.

Koentjaraningrat

c.

james Frazer

5.

Cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam sistem kepercayaan

masyarakat dalam sistem kepercayaan magis adalah . . . .

a.

rasional

d.

afaktif

b.

reinkarnasi

e.

ritual

c.

irasional

6.

Di bawah ini komponen agama kecuali . . . .

a.

emosi keagamaan

d.

umat beragama

b.

magis

e.

sistem ritus

c.

sistem keyakinan

7.

Agama bumi/alam adalah sangat berkaitan erat dengan simbol-

simbol. Yang menjadi simbol dewa adalah . . . .

a.

langit

d.

air

b.

matahari

e.

batu

c.

bulan

Uji Kompetensi

A. Pilihlah satu jawaban yang palig benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

56

Proyek:

“Mari tumbuhkan kecakapan sosial dan etos kerja serta

orientasi kecakapan pada diri kalian”

8.

Percaya terhadap suatu benda di dunia yang memiliki kekuatan

adalah . . . .

a.

dinamisme

d.

politeisme

b.

animisme

e.

monotheisme

c.

totamisme

9.

Kegiatan animisme yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah

. . . .

a.

ngruat keris

d.

upacara sakral

b.

sembayang

e.

rituaisme

c.

baptis

10. Kepercayaan yang berisi dari suatu refleksi terhadap adanya sesuatu

yang luar biasa adalah . . . .

a.

animisme

d.

politeisme

b.

dinamisme

e.

monoteisme

c.

totamisme

1.

Apa definisi dari agama?

2.

bagaimana manusia menciptakan suatu agama?

3.

Mengapa setiap suku bangsa memiliki kepercayaan yang berbeda-

beda?

4.

Jelaskan tentang sistem kepercayaan!

5.

Berikan contoh bentuk sinkretisme!

Coba kalian bentuk kelompok 5 orang, kemudian kunjungi salah

satu cara adat istiadat yang berhubungan dengan agama dan

kepercayaan di daerah kalian! Lakukanlah observasi dan wawancara

terhadap tokohnya!

1.

Diskusikan dengan kelompok kalian mengenai komponen

agama yang masuk!

2.

Analisislah mengenai ritual tersebut apakah merupakan bagian

agama!

3.

Sistem kepercayaan yang ada tersebut apakah mampu menjadi

budaya di masyarakatnya.

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas

dan benar!